Senin, 03 September 2007

Berbagi Kehidupan: Catatan dari 2 September

Tadinya catatan ini tersimpan hanya dalam diary saya. Tetapi saya ingin membagikannya pada Anda (mungkin saya sudah terjangkit virus "blog-mania"?). Siapa tahu ada gunanya:

Tanggal 2 September 18 tahun lalu saya mengambil keputusan paling penting dalam kehidupan saya: menikahi Evelyn Suleeman. Dalam undangan pernikahan kami, saya membuat catatan kecil begini: "Hari ini kami mulai tidak hanya berbagi cinta, tetapi kehidupan..."

Berbagi kehidupan adalah persoalan paling sulit, justru dalam menjalani kehidupan ini sendiri. Bukankah kita lebih sering berpikir bahwa yang penting aku hidup, dan kalau perlu--untuk mempertahankan itu--menyingkirkan yang lain? Bukankah hidup berarti the struggle of the fittest? Istilah itu, the fittest, sudah menegaskan bahwa hanya ada satu yang berhak memperoleh gelar itu. Yang lain, mohon maaf, harap menyingkir...

Tetai kita mulai belajar bahwa kehidupan justru dapat dirawat dan dikembangkan dengan lebih baik jika kita mau saling berbagi. Impian tentang the fittest hanyalah ilusi yang diciptakan dunia modern, ilusi tentang "kemajuan tanpa batas". Sejak 1970-an, walau dengan pahit, kita harus mengakui memang ada the limits of growth, memakai judul buku terkenal dari Klub Roma. Pertumbuhan selalu mengenal batas. Tidak ada kemajuan tanpa batas. Itu hanyalah selubung bagi "nafsu tanpa batas".

Selama 18 tahun saya belajar untuk tidak hanya berbagi cinta, tetapi juga kehidupan, dengan Evelyn. Dan sudah klise jika dikatakan bahwa kehidupan rumah tangga kami naik-turun. Ada saat-saat tertawa penuh kegembiraan, tetapi ada saat-saat menangis penuh kesedihan. Perbedaaan antara kami sungguh banyak. Mulai dari usia, misalnya. Evelyn 6 tahun lebih tua dibanding saya, memiliki pekerjaan dan karier yang lebih mantap. Sementara saya? Mungkin lebih bisa dibilang: seorang pengembara yang selalu gelisah hatinya...

Apalagi sejak 1991 kami memperoleh "kejutan" lain: hadirnya Gabriel Ekaputra. Kadang saya teringat pada Kafka. "Memiliki dan mendidik anak dalam dunia sekarang," katanya suatu kali, "adalah pekerjaan paling mustahil." Dia benar. Tetapi kurang lengkap. Seharusnya ditambahkan begini: "pekerjaan paling mustahil yang paling menyenangkan..." Sebab, dengan kehadiran seorang anak, kehidupan yang harus dibagikan semakin meluas.


Seorang anak adalah sebuah undangan dari masa depan yang penuh misteri. Undangan untuk menjajaki misteri itu sendiri, berjalan bersama misteri menuju pada Sang Misteri...

Berbagi kehidupan selama 18 tahun bersama Evelyn (dan 16 tahun bersama Gabriel juga!) adalah petualangan terbesar yang pernah saya lakukan. Dan saya akan terus menerus bersyukur bahwa 18 tahun lalu saya mempunyai sedikit keberanian untuk bertanya padanya: "will you marry me?"