Kamis, 20 Desember 2007

Balada seekor babi

Ini cerita tentang seekor babi. Sudah lama dia resah sekali, karena di daerahnya akan diterapkan Syariat Islam. Padahal, di kalangan binatang, dia adalah satu-satunya non-Muslim.

Ketika Idul Adha kemaren, sang babi berteriak senang. Dia meledek kambing, yang pasrah menerima nasib, begini: "Syukur, loe, pake syariat segala!"

Tapi kesenangannya cuma sehari. Esoknya, si empunya babi yang beragama Kristen dan orang Batak, mau menyembelih dia. Katanya mau untuk lapo yang dibuka olehnya di jalan Pramuka. Kata sang babi, "Dua agama ini emang cilaka!"

Maka pergilah dia meminta bantuan advokasi antar-agama. Datanglah dia ke Obelix, Direktur lembaga antar-iman, meminta nasihat. Jawab Obelix, "Lha, kamu ini makanan saya..."

Sang babi lari pontang-panting. Kemana lagi harus mengadu? Ia ingat Sang Buddha yang penuh welas asih. Kebetulan, minggu lalu, dia baru selesai membaca komik Buddha (8 jilid) terbitan KPG.

Di depan Sang Buddha, babi itu tersungkur, sembari mengadu, "Wahai Buddha yang penuh welas asih, dengarkanlah keluhanku. Aku tahu kamu nggak makan daging, apalagi daging babi. Jadi, bantulah aku, bikinlah tim advokasi para babi untuk membelaku dari dua agama lain yang suka menyembelih itu."

Buddha tersenyum, lalu menjawab, "Babi yang malang, tidakkah kau sadar bahwa seluruh alam semesta ini saling berkaitan? Bahwa setiap makhluk hidup memang saling membutuhkan? Engkau memang ada dalam lingkaran kehidupan sebagai daging yang paling enak untuk disantap manusia. Sadarilah perananmu, dan terimalah dengan suka cita, maka engkau akan mencapai pencerahan, dan tidak lagi takut dikejar-kejar bayangan maut." (KALIMAT BUDDHA INI DISARIKAN DARI 8 JILID KOMIK BUDDHA YANG DITERBITKAN KPG)

Maka seketika itu pula sang Babi mencapai pencerahan. Dia kembali ke tempat Obelix sembari berkata, "Karena kamu yang bisa hidup antar-iman, kuserahkan diriku untuk makananmu."

Obelix tertawa riang. Katanya ke sang babi, "Pergilah pulang ke tempat tuanmu. Minta dia membuat babi panggang dan saksang yang enak. Nanti siang aku akan datang menyantapmu. "

Hidup memang lingkaran, bukan?

OBELIX

Senin, 03 September 2007

Berbagi Kehidupan: Catatan dari 2 September

Tadinya catatan ini tersimpan hanya dalam diary saya. Tetapi saya ingin membagikannya pada Anda (mungkin saya sudah terjangkit virus "blog-mania"?). Siapa tahu ada gunanya:

Tanggal 2 September 18 tahun lalu saya mengambil keputusan paling penting dalam kehidupan saya: menikahi Evelyn Suleeman. Dalam undangan pernikahan kami, saya membuat catatan kecil begini: "Hari ini kami mulai tidak hanya berbagi cinta, tetapi kehidupan..."

Berbagi kehidupan adalah persoalan paling sulit, justru dalam menjalani kehidupan ini sendiri. Bukankah kita lebih sering berpikir bahwa yang penting aku hidup, dan kalau perlu--untuk mempertahankan itu--menyingkirkan yang lain? Bukankah hidup berarti the struggle of the fittest? Istilah itu, the fittest, sudah menegaskan bahwa hanya ada satu yang berhak memperoleh gelar itu. Yang lain, mohon maaf, harap menyingkir...

Tetai kita mulai belajar bahwa kehidupan justru dapat dirawat dan dikembangkan dengan lebih baik jika kita mau saling berbagi. Impian tentang the fittest hanyalah ilusi yang diciptakan dunia modern, ilusi tentang "kemajuan tanpa batas". Sejak 1970-an, walau dengan pahit, kita harus mengakui memang ada the limits of growth, memakai judul buku terkenal dari Klub Roma. Pertumbuhan selalu mengenal batas. Tidak ada kemajuan tanpa batas. Itu hanyalah selubung bagi "nafsu tanpa batas".

Selama 18 tahun saya belajar untuk tidak hanya berbagi cinta, tetapi juga kehidupan, dengan Evelyn. Dan sudah klise jika dikatakan bahwa kehidupan rumah tangga kami naik-turun. Ada saat-saat tertawa penuh kegembiraan, tetapi ada saat-saat menangis penuh kesedihan. Perbedaaan antara kami sungguh banyak. Mulai dari usia, misalnya. Evelyn 6 tahun lebih tua dibanding saya, memiliki pekerjaan dan karier yang lebih mantap. Sementara saya? Mungkin lebih bisa dibilang: seorang pengembara yang selalu gelisah hatinya...

Apalagi sejak 1991 kami memperoleh "kejutan" lain: hadirnya Gabriel Ekaputra. Kadang saya teringat pada Kafka. "Memiliki dan mendidik anak dalam dunia sekarang," katanya suatu kali, "adalah pekerjaan paling mustahil." Dia benar. Tetapi kurang lengkap. Seharusnya ditambahkan begini: "pekerjaan paling mustahil yang paling menyenangkan..." Sebab, dengan kehadiran seorang anak, kehidupan yang harus dibagikan semakin meluas.


Seorang anak adalah sebuah undangan dari masa depan yang penuh misteri. Undangan untuk menjajaki misteri itu sendiri, berjalan bersama misteri menuju pada Sang Misteri...

Berbagi kehidupan selama 18 tahun bersama Evelyn (dan 16 tahun bersama Gabriel juga!) adalah petualangan terbesar yang pernah saya lakukan. Dan saya akan terus menerus bersyukur bahwa 18 tahun lalu saya mempunyai sedikit keberanian untuk bertanya padanya: "will you marry me?"

Kamis, 30 Agustus 2007

Catatan Awal 2

Masih tentang fenomenologi blog...

Tentu saja, orang bisa "anonim" dalam blog. Toh tidak ada ketentuan bahwa seorang blogger harus mencantumkan identitas asli. Dia bisa membuat identitas maya apa saja--semacam avatar, kalau memakai istilah dari Yahoo! Dan, dalam setiap blog, selalu ada disclaimer begini: siapa suruh Anda percaya apa yang saya tulis di blog saya!

Blog adalah sejenis ekshibisionis pasca-modern. Ekshibisionis anonim, kalau istilah yang contradictio in terminis ini bisa dipakai. Jika Anda mau percaya boleh, menganggapnya sebagai ocehan belaka ya boleh saja. Tetapi, tetap saja, betapapun maya identitas seseorang, kebutuhan untuk intimacy itu sangat terasa, serta dorongan untuk memamerkan intimacy itu pada siapa saja yang mau melihatnya. Sama seperti fenomena HP. Sekarang ini, fungsi HP yang lebih menonjol justru untuk merekam adegan intim... (koq intimacy mau dipamerkan!). Ada kecenderungan di mana orang berbicara di blog seperti menulis di catatan harian yang paling privat, mengenai perasaan-perasaan terdalam, termasuk masalah rumah tangga. Padahal dia tahu persis, blog-nya bisa dibaca oleh semua orang yang kebetulan mampir mencari-cari sesuatu di dunia maya...

Mungkin benar, blog berkaitan dengan tendensi paling dalam dari seseorang: kebutuhan akan sang liyan untuk berbagi sesuatu. Dan kebutuhan itu terasa semakin langka dalam dunia di mana revolusi teknologi komunikasi justru sangat menentukan. Aneh, kita selalu berkomunikasi lewat apa saja, tetapi kita tidak pernah sungguh-sungguh membentuk communio. Karena communio yang sejati justru lahir dari penghayatan atas solitude: saya berbagi keheningan di dalam keheningan bersama Anda.

Mungkinkah blog menjadi sarana untuk berbagi keheningan bersama? Tentu saja bisa. Blog adalah sekadar sarana saja. Bagaimana kita memperlakukan sarana itu, saya kira, itulah yang akan menentukan apa yang mau dicapai. Catatan-catatan dalam blog ini merupakan upaya sederhana untuk membagikan keheningan saya pada Anda. And the rest is silence...

===
Lho, koq jadinya serius, rek?
Ini guyonan segar, sebelum kembali "menggauli keheningan":
JUDUL-JUDUL FILM NGETOP (IN JAVANESE) *

Enemy at the Gates ˜ Musuhe Wis Tekan Gapuro
Die Hard ˜ Matine Angel
Die Hard II ˜ Matine Angel Tenan
Die Hard III With A Vengeance ˜ Kowe Kok Ra Mati2 To?
Bad Boys ˜ Bocah-bocah Elek
Lost in Space ˜ Ilang Neng Awang-awang
X-Men ˜ Wong Lanang Saru
X-Men 2 ˜ Wong Lanang Saru Banget
Cheaper by the Dozen ˜ Tuku Selusin Luwih Murah
Paycheck ˜ Kasbon
Independence Day ˜ Pitulasan
The Day After Tomorrow ˜ Sesuke
Die Another Day ˜ Modare Ojo Saiki
There is Something About Marry ˜ Meri Ono Apa-apane
Silence of the Lamb ˜ Wedhuse Mutung
All The Pretty Horses ˜ Jarane Ayu2
Planet of the Apes ˜ Planete Wong Apes
Gone in Sixty Second ˜ Minggat Sakcepete
Original Sin ˜ Dosa Tenanan
The Abyss ˜ Entek-entekan
Seabiscuit ˜ Klethikan Neng Laut
Terminator ˜ Terminal Montor
How To Lose A Guy in 10 Days ˜ Piye Carane Megat Lanangan mung 10 Dino
Lord Of The Ring ˜ Pedagang Akik...
Deep Impact ˜ Ngantem Njero
Million Dollar Baby ˜ Babi Regone Sayuto
Blackhawk Down ˜ Manuk Ireng Kenek Bedhil
Saving Private Ryan ˜ Ngelesi Privat Mas Rian (pancene goblog tenan opo?)

*terima kasih pada Ridwan yang mengirimkannya. Disclaimer: Maaf kepada mereka yang tidak bisa berbahasa Jawa. Juga maaf kepada orang Jawa.

Kamis, 23 Agustus 2007

Catatan Awal

Salam!

Ini adalah posting blog pertama saya. Kadang saya pun bertanya-tanya, mengapa "blog" menjadi begitu populer? Mengapa orang begitu ingin berbagi tentang semua hal, mulai dari pikiran-pikiran sesaat yang sering menggelisahkan, soal yang serius, humor, atau bahkan soal yang terlalu pribadi untuk, sesungguhnya, dibagikan? Apakah ini kecenderungan hidup kita sekarang, ketika arus perubahan global sedang membuat kehidupan ini tunggang langgang--dan kita membutuhkan sejenis pegangan, seseorang yang dapat diajak berbagi, betapapun mayanya? Apakah dengan cara itu kita mendapat secuil tanah pijakan (walau dalam alam maya!) untuk mencipta-ulang identitas?

Kadang saya merasakan bahwa upaya untuk menghidupi masa sekarang adalah upaya untuk meniti ketegangan dan tarikan dari dua arus berbeda yang sedemikian kuat membetot kita: individualisasi vs. keinginan untuk menjadi bagian dari "publik". Pada satu pihak, rasanya baru pada zaman inilah individu sungguh-sungguh dirayakan dengan seluruh kemungkinan, sumberdaya, dan kekuatannya; tetapi, pada pihak lain, hidup sepenuhnya sendiri semakin terasa tak tertahankan, sehingga kita mencari-cari sekuat tenaga sesuatu yang dapat direngkuh yang, dengannya, kita merasa menjadi bagian dari "publik". Mempublikasikan "blog" adalah upaya untuk menghidupi ketegangan itu...